Dalam konsep “karma”, semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil atau ‘buah’ dari tindakan disebut karma-phala. Demikian pengertian karma yang tertulis dihalaman wikipedia.
Saya pribadi tidak meyakini ajaran tentang karma yang seperti itu. Bukan berarti saya menolak adanya kehidupan setelah mati, karena saya meyakini ajaran agama yang disampaikan oleh Nabi akhir zaman, Muhammad SAW : di akhirat kelak setiap pribadi akan memetik buah dari setiap pekerti yang dilakukannya selama hidup didunia.
Justru dari banyaknya pesan yang masuk ke nomor ponsel-lah yang menggelitik saya untuk membuat tulisan dengan karma sebagai salah satu kata dalam judul tulisan. Dan jika ditanya, jujur saya merasa terganggu dengan banyaknya pesan tersebut! Tetapi apa boleh buat, saya harus memaklumi usaha yang dilakukan oleh para pengirim pesan. Toh mereka hanya berusaha “menawarkan kemudahan” bagi penerima pesan tentunya sambil berharap rejeki akan menghampiri.
Gadget terbaru, Blackberry murah, harga diskon hingga 20% dan bla bla bla … adalah penawaran yang sering mampir. Ada pula penawaran lain : pinjaman dengan nilai cukup menggiurkan – bahkan fantastis menurut saya – (hingga Rp. 250 juta). Untuk penawaran yang ini, biasanya disertai dengan kata-kata pemanis, diantaranya : bunga flat, bunga hanya 1,2% (entah pertahun, perbulan atau bahkan perhari 😳 ), proses cepat, syarat mudah …….. cukup foto kopi KTP dan credit card. Huhh….sampah!!! ❗
Penawaran tiket konser, diskon resto, diskon butik tertentu, diskon wisata dan diskon-diskon lainnya, selalu diiringi dengan tukarkan point anda bla bla bla….. Begitulah penawaran lain yang turut menyibukkan ponsel. Sungguh sial, justru penawaran tersebut bersumber dari operator seluler dimana sim card saya berasal. Operator seluler ini termasuk operator yang pelit dalam memberikan bonus, bahkan terhadap pengguna layanan yang telah cukup lama menjadi pelanggannya (saya telah lebih dari 5 tahun tidak berganti nomor). Jika bukan karena luas dan kuatnya jaringan serta banyaknya “nama” yang tersimpan (dan sangat merepotkan jika saya berganti operator), tentu tidak lagi menggunakan jasanya.
Dulu, di awal tahun 2000-an……. saya memang pernah mencoba memanfaatkan ponsel untuk menawarkan dagangan, tentu saja dengan cara mengirimkan pesan ke sejumlah nomor yang disusun secara acak. Tetapi jujur, jangankan terjadi transaksi bahkan sedikit respon pun tidak didapatkan, hingga…… ponsel berpindah tangan. Saat itu, jika menjual ponsel harus beserta sim card-nya, kenapa? Karena harga sim card sangat mahal!!
Saya bertanya, apakah ini karma?? Dan saya menjawab dengan pasti : bukan!! ❗
*****
sya setuju ini bukanlah karma….jadi apa ya….? 😀
sukses slalu ya….!
Wah..saya kebetulan percaya pada Karma phala . Boleh kan ya berbeda sedikit? he he.
Karmaphala menurut pemahaman saya sbg orang Bali adalah sama dengan hukum Sebab- Akibat yang menjaga keseimbangan alam semesta. Karena kalau Karma sendiri artinya kan perbuatan, Sedangkan Phala ya artinya pahala, atau hasil perbuatan. What goes around, comes around. Ada aksi ada reaksi. Jika kita berbuat baik,maka kebaikan pula yang kita terima. Demikian juga kalau kita berbuat buruk,maka keburukanlah pula yang kita terima.
Untuk kasus diatas, menurut saya bukan karmaphala. Kan kalau kita pernah melakukan usaha pemasaran, harusnya hasil perbuatannya adalah penjualan. Hasil dari perbuatan memasarkan itu bisa jadi penjualan yang banyak, bisa sedikit dan bisa juga nol. Nah itu yang disebut Karmaphala. Kalau sekarang kita menerima pesan komersial dari orang lain kan itu bukan hasil dari pekerjaan kita dulunya bukan? Itu kan perbuatan orang lain. Jadi bukan Karmaphala dong. Itu kalau menurut saya sih..
menurut saya, perbedaan yang ada adalah salah satu cermin betapa bangsa ini memiliki banyak kekayaan budaya dan seharusnya keadaan tersebut disikapi dengan saling menghormati.
terimakasih atas sedikit uraian tentang marketing yang termuat dalam komentar, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Iya,Mas Giy. Thanks banget untuk tidak mempermasalahkan perbedaan pemahaman yang saya sampaikan. Karena Indonesia memang justru jadi kaya karena adanya keberagaman di dalam keharmonisan itu ya Mas.
Salam Bhineka Tunggal Ika,Mas..